Melepaskan Kemelekatan
"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Al-Baqarah: 155-156)
Kalimat Innalilahi Wa Innailaihi Rojiun sering terdengar apabila kita mendengar berita duka dari sanak saudara atau teman. Kalimat yang memiliki arti singkat yaitu dari Allah kembali Ke Allah memiliki makna yang sangat dalam mengenai tujuan manusia diciptakan. Hal tersebut mencangkup asal manusia, tugas manusia, sampai kepulangan manusia kepada-Nya.
Sadarilah bersama, bahwa manusia diciptakan ke dunia hanyalah sebagai tamu atau dalam artian lain hanya singgah. Tamu bermakna bahwa manusia tidak pernah membawa apa-apa ketika lahir maupun ketika mati. Rumah, kendaraan, tubuh, sampai keluarga tercinta hanyalah titipan belaka yang disematkan kepada manusia untuk semata-mata berkehidupan. Namun perlu digarisbawahi pula arti berkehidupan yaitu beribadah kepada-Nya.
Manusia merupakan makhluk paling sempurna yang diciptakan Allah. Manusia pula mendapatkan langsung tiupan roh Allah sebagaimana dalam Surat As Sad ayat 72 yang berbunyi:
"Kemudian apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan roh (ciptaan)-Ku kepadanya; maka tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya." (As-Sad: 72)
Dari hal tersebut, perlu kita renungkan bersama sesungguhnya manusia memang tidak memiliki apapun termasuk diri manusia sendiri. Sematan berupa titipan seperti yang disebutkan diatas dapat menjadi bencana apabila manusia terlalu merasa memiliki. Terlebih apabila hal tersebut sudah menempel atau melekat.
Sudah barang wajar apabila kita merekatkan benda satu dengan benda yang lain dengan lem kemudian ingin melepaskannya kembali akan susah. Misalkan dipaksa pun akan memiliki bagian yang rusak. Perumpamaan diatas seperti halnya kita manusia yang merekatkan dengan segala jenis titipan yang diberikan Allah sampai-sampai melekat. Hubungan keluarga, harta benda, tubuh sehat, dan segala jenisnya menjadi "lem" yang dapat melekatkan manusia.
Untuk itu, perlu direnungkan bahwa semua hal yang kita miliki maupun diri kita sendiri sesungguhnya hanyalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Segala yang datang maupun pergi baik itu harta ataupun seseorang adalah sudah menjadi ketetapan-Nya dan yang lebih penting adalah milik-Nya.
Komentar
Posting Komentar